Sunday 14 September 2014

Perjalanan ini... terasa sangat menyedihkan

Hi world.
Tidak terasa pernikahan sudah 11 bulan, bulan depan kami genap 1 tahun.
Setelah 5 bulan LDM, akhirnya sudah 6 bulan ini pindah ke Tangerang, berusaha untuk menjadi istri yang baik, mendampingi suami setiap hari dan bebas dari galau ala tante - tante.

Bebas galau kah sekarang???

No.. no..no

Galaunya naik ke level yang lebih tinggi lagi, sekarang galau yang lebih serius, Galau Pengen Jadi Ibu.

Kalau dulu sebelum menikah, galau karena jomblo, serbuan pertanyaan "udah punya pacar belum?" bikin hati berasa teriris - iris *sakitnya tuh disiiiniiiiiii - sambil pegang hati*
Setelah menikah, galau karena LDM, single but not available, jauh dari suami, orang - orang pulang dijemput suami, gw pulang dijemput mang angkot. Serbuan pertanyaan "udah nikah kok jauh - jauhan, apa enaknyaaaa???" bikin hati berasa dicincang.
Setelah tinggal sama - sama dengan suami, sekarang mupeng liat suami - istri gendong bayi, dorong stroler. Serbuan pertanyaan "udah ngisi belum?" bikin hati kaya di habis diiris - iris, dicincang, dikasi tepung, garam, gula dimasukin ke air mendidih *bakso kali*

Hidup itu memang sebuah siklus yang menimbulkan pertanyaan tanpa henti.

Karena sudah pekak ini telinga ditanya kapan hamil, kenapa belum hamil, si Ani baru nikah 2 bulan udah hamil, si Anu temen mama yang nikah bareng kamu udah ngelahirin, si Bedu istrinya semalem ngelahirin loooh, dan lain - lain.
Karena sudah capek makan toge berkilo - kilo, dipecel udah, disoto udah, dicampur di kwetiau, ditumis udah, dikredok udah, bahkan direndem air panas dan dimakan tanpa bumbu satu mangkok sekaligus juga udah.
Karena sudah capek hitung - hitungan hari, atur posisi, angkat kaki keatas, sikap lilin, kayang, jungkir balik.
Karena sudah capek minum vitamin ini itu.
Akhirnya menyerahkan diri ke dokter untuk konsultasi masalah infertilitas (sebenernya sih belum bisa dikategorikan sebagai infertilitas karena definisi infertilitas itu tidak terjadi kehamilan setelah berhubungan seksual secara teratur selama 1 tahun, gw kan baru mulai berhubungan seksual teratur selama 6 bulan terakhir).
Karena bingung mau ke dokter mana (berhubung masih newbie di Tangerang) akhirnya browsing dan dapet info kalau dokter di RS. Hermina Tangerang ada yang bagus, antara Dr.Iwan Darmawan SpOG atau Dr.Budi Maryanto, SpOG. Karena pas si hubby libur adanya jadwal praktek Dr.Budi akhirnya pilih ke Dr.Budi.
Dalam hati sih, ini kan cuma konsul pertama, palingan juga dikasi multivitamin dan istilah awamnya "obat penyubur" doang. Tapi pada kenyataannya, perkiraan tidak sesuai kenyataan. Masalahnya lebih dari sekedar "kurang subur".

Anamnesa awal dokter cuma kapan menikah, kapan mulai mencoba program kehamilan, apa saja upaya yang sudah dilakukan. Setelah dijawab lengkap, dokternya langsung ajak USG.
Dan ternyata saat di USG ada kantung yang seharusnya tidak tampak pada uterus (rahim) normal. Dokternya bilang itu adalah hidrosalping, bahasa awamnya : leher rahim yang terisi cairan. Hidrosalping yang keliatan di USG cuma 1 di sebelah kiri. Sebelah kanan tidak tampak ada kelainan.
Hidrosalping itu membuat tuba jadi tersumbat, jadi spermanya nggak bisa ketemu sama sel telur, kalaupun bisa ketemu, embrionya tidak bisa menempel di rahim karena cairan dari hidrosalping itu merusak lingkungan rahim yang normal.

Cuma ini baru diagnosa awal aja, diagnosis pasti ditentukan dengan HSG (histerosalpingografi) jadi memasukkan zat kontras (sejenis zat pewarna) kedalam uterus dengan kateter, trus di foto dengan X-ray untuk liat apakah ada sumbatan atau tidak di leher rahimnya. HSG ini hanya boleh dilakukan kalau gw udah pasti tidak hamil, karena gw dateng pas masa subur dan setelah menstruasi bersih gw sudah berhubungan sama hubby. Jadi dokternya menyarankan untuk janjian HSG di hari ke 2 - 4 setelah menstruasi bersih di siklus berikutnya.
Selain disarankan HSG, si hubby juga dianjurkan untuk ngejalanin analisis sperma. Soalnya kalo ternyata si hubby juga bermasalah, pengobatannya bisa jalan dua - duanya.

Setelah dari ruang dokter disaranin untuk ke ruang Radiologi dan Laboratorium untuk konseling awal persiapan HSG dan analisis sperma. Di radiologi dikasi penjelasan lagi tentang syarat "2 - 4 hari setelah bersih dari menstruasi dan tidak berhubungan tadi", dan dijelasin proses pemeriksaannya, bahkan diliatin hasil dari HSG punya pasien lain. Yang bikin deg - degan adalah.... ternyata prosesnya pakai tenakulum (kaya klem panjang yang ada kaitnya diujungnya buat megang serviks, jadi rahimnya posisinya lebih lurus). Walaupun nggak semua dokter pakai, kata bapak radiografernya, senaiknya tenakulum tetep dipake, apalagi kalo ternyata posisi uterusnya retroversi. Kateter yang dipake juga bisa yang dari karet atau dari besi, tergantung posisi uterusnya. Karena berpengalaman beberapa kali masang tenakulum ke pasien, kebayang langsung nyeri mengigit tenakulumnya. Belum diapa - apain perut berasa mules - mules gimanaaa gitu. Sakit nggak sih? Deg - degan nih :D
Untuk harga, kalau di RS.Hermina 1.200.000, itu udah total, sama jasa dokternya. Dokter yang melakukan HSG bukan Dr.Budi, ada dokter perempuan sih katanya, jadwalnya sesuai perjanjian, telpon dulu 2 hari sebelumnya.

Terus dari radiografi ke Laboratorium. Disini dikasi penjelasan kalo analisis sperma bisa kapan aja di hari kerja, antara jam 7 - 9. Nah, kenapa musti pagi - pagi, nggak paham juga deh. Karena sperma terbaik di jam - jam itu kali yah. Dijelasin sama laborannya kalo mau analisis sperma, tidak boleh mengeluarkan sperma dalam waktu minimal 2 hari maksimal 7 hari sebelum cek. Harganya murah, cuma 220.000.

Habis dari dokter masih senyum - senyum semangat sok ceria gitu. Suami anteng - anteng aja, nurut kemana kaki istri melangkah.
Sampe rumah.... menjelang tidur, setelah si hubby ngorok, grok - grok - grok, mulai kepikiran sama suspek hidrosalpingnya itu. Tangan mulai gratil pengen browsing. Padahal udah diniatin, nggak mau tau rinci apa itu hidrosalping, cukup tau info dasar aja dari dokter supaya tetep tenang. Tapi apa daya, rasa penasaran membuncah, dan akhirnya malem - malem browsing juga tentang hidrosalping. Awalnya cuma browsing informasi dasar aja, informasi pasien gitu. Tapi lama - lama kok makin serem dengan penjelasannya yang ngarahin ke IVF (bayi tabung) semua.
Akhirnya baca - baca lagi pengalaman - pengalaman orang - orang yang punya masalah hidrosalping juga dan kebanyakan juga ceritainnya berakhir dengan IVF. Berhubung terbiasa dengan publikasi ilmiah, dan masih menolak kenyataan, berharap dapat penjelasan berbeda, akhirnya buka - buka jurnal - jurnal dan hasilnya sama. Prognosis buruk, tingkat kehamilan rendah.

Oh my God.... berasa runtuh ini dunia.

Di kepala cuma ada kalimat kemungkinan hamil rendah. Cobain IVF dengan biaya mahal dan belum tentu berhasil di siklus pertama. Sebelumnya harus laparotomi untuk angkat tuba atau oklusi tuba.

Apaan nih, kenapa jadi ribet begini urusannya? Niat awal cuma konsul, kok jadinya malah dapet kabar buruk begini. Syok berat, nangis semaleman sampe mata bengkak. Pelanin suara isak tangisnya biar si hubby nggak kebangun, redam pake bantal dan suami tetep tidur pulas dengan wajah tanpa dosa. Pagi - pagi bangun, masih gegoleran dengan mata bengkak di tempat tidur, ditanya kenapa sama si hubby, air matanya ngalir deres lagi. Si hubby ternyata nggak paham banget sama kata - kata dokternya, dia pikir dengan antibiotik aja bisa hilang, kaya bisul. Padahal mah jauh lebih serius dari itu masalahnya. Setelah dijelasin lagi dan ceritain hasil baca semalem, si hubby seperti biasa, selalu kalem dan cuma senyum aja sambil bilang "jangan terlalu berpikiran negatif, itu kan kemungkinan terburuk, masih ada peluang", karena si gw orangnya bukan tipe yang berpatokan sama kemungkinan terbaik, walaupun suami tampak anyem - anyem aja, tetep aja pikiran nggak tenang.

Sedih banget rasanya membayangkan kemungkinan terjelek, ngga bisa hamil. Padahal udah nyiapin tabungan rencana di bank buat biaya hamil dan melahirkan. Ngga bisa ngerasain ngidam, ngerasain ada janin kecil tumbuh di rahim, ngerasain pamer foto baby bump (padahal udah punya konsep foto pregnancy sama fotografer langganan), ngerasain sakitnya kontraksi, ngerasain peluk bayi kecil sambil ngasi ASI, sibuk siapin MPASI, pasang DP anak. Aaah... bisa nggak ya??? Mudahkan jalan kami ya Tuhaannn....

Efeknya, sekarang sangat sensitif dengan bayi, dan orang hamil.
Liat iklan bayi di TV, liat orang jalan bareng anaknya, liat temen pamer status hamil di medsos, liat temen pajang foto anak di medsos, jadi keseellll banget. Kalo ada iklan di TV langsung ganti, buka medsos males. Iri banget, liat orang semudah itu mendapatkan anak, sementara gw harus berjuang, sakit badan diperiksa ini itu, minum obat ini itu, sakit hati nunggu lama, sakit hati karena iri, sakit hati karena ledekan dan pertanyaan sana - sini.

Tapi setelah baca - baca pengalaman orang lain di beberapa forum, jadi kuat hati. Ternyata banyak yang punya pengalaman yang sama. Bahkan kondisinya lebih kompleks dari gw. Banyak yang sudah mencoba berbagai cara, beberapa kali gagal IVF, tapi nggak pernah nyerah dan terus coba. Gw baru mau HSG aja udah ngedown duluan.
Selalu ada cara, selalu ada jalan. Tuhan nggak mungkin kasi cobaan yang diluar batas kemampuan kita. Sekarang mah harus tetep semangat. Move on dan move up.

Gw memutuskan untuk udahan ngurusin masalah hamil - hamilan dulu. Sekarang fokus ke pengobatan masalah hidrosalpingnya dulu. Cari uang banyak - banyak. Menata karir yang lebih baik, supaya punya bekal untuk berobat dan IVF. Dan yang paling penting, menjaga diri supaya tetap cantik dan bikin suami betah dirumah, lengket kaya kena lem super glue, hehehe.
Tapi mudah - mudahan suatu saat bisa hamil spontan. Banyak - banyak berdoa dan tetap berusaha saja lah dulu.

Inilah hidup... ada yang punya kelebihan, ada yang punya kekurangan.
Ada yang diberi kemudahan langsung dapet, ada yang dikasi halangan rintangan dulu.


Monday 3 February 2014

New Life : Bebas galau ala jomblo, menderita galau ala tante-tante

Tunggu-tunggu.... karena udah lama ngga ngeblog sebelum kita mulai, karena katanya kebersihan sebagian dari iman, ada baiknya gw bebersih dulu
*ambil kemoceng, lap debu, bersihin sarang laba-laba*

Hello.... dunia blogger sebangsa dan setanah air
Wellcome again to my *karatan* blog
Setelah entah berapa tahun ngga pernah nge post, akhirnya, niat ngeblog datang kembali. Yeaaah, moody blogger memang saya ini.

Dan saudara setanah air (seolah-olah yang baca blog gw banyak, padahal mah setahun yg view cuma 5 orang), kalau kalian membaca isi blog ini dari awal, isinya tak lain dan tak bukan adalah kegalauan masa jomblo belaka. Kegalauan kronis yang menggerogoti selama bertahun-tahun (baca:dari orok-25 tahun). Mungkin ada beberapa yang baca 2 postingan langsung muak, atau yang merasa senasib biasanya lebih betah baca karena merasa ada yang lebih merana hidupnya dari mereka.

Tapi postingan ini adalah titik balik saudara-saudara. Dengan postingan ini, saya mengabarkan sebuah kabar gembira, bahwasanya, jorok (jomblo dari orok) ini telah terlepas dari kutukan kejombloannya, melepaskan diri dari belenggu kegalauan yang selama ini melanda, dan menggerogoti.

Saya sudah menikah saudara-saudara...

Can u believe it? It's a miracle isn't it?

Setelah penantian panjang penuh kegalauan, akhirnya tuhan memberikan jawaban. Akhirnya tuhan mendengar doa-doa gw selama ini. Pada bulan Oktober 2013, akhirnya gw menikahi seorang pria yang tidak terlalu tampan, tidak terlalu kaya, tidak terlalu pintar, baik hatinya, dan yang terpenting cukup sabar menghadapi kecerewetan gw, sebut saja namanya PANDA. Kenapa panda? Karena buncit perutnya, gempal badannya, tapi cute dan menggemaskan.

Yah, akhirnya ada juga yang melihat gw sebagai calon istri potensial. Ini adalah bukti bagi para jomblowan dan jomblowati yang masuk kategori jorok atau jomblo kronis, bahwa, seperti yang Mariah Carey bilang: "there must be miracle, when you believe", pasti ada keajaiban bagi para jomblo. Yang harus dilakukan hanyalah bersabar, dan jangan terlalu perfeksionis, maunya yang begini-begitu, yang ini yang itu, ingat kata pepatah: "kenapa harus cari yang sempurna kalau yang sederhana bisa membuat bahagia" (waras mode: ON).

Gw menghentikan kejombloan gw tepat ketika para jomblo tertekan oleh bully dari berbagai pihak di media sosial. Sungguh terlalu, jomblo adalah pilihan saudara-saudara, bukan nasib. Jadilah jomblo yang beradab, jomblo high class, jangan rendahkan status jadi cabe-cabean cuma karena kalian ingin berhenti jadi jomblo.

Oke, back to the right track....
Walaupun gw sudah menikah, tenyata kegalauan belum berakhir.
Jarak memisahkan gw dan panda. Dia di jakarta raya, gw di lampung sang bumi ruwa jurai.
Alasan pekerjaan memisahkan kami, gw masih ada kontrak ngajar dan suami nggak mungkin pindah ke lampung.

Maka, kegalauan akibat jomblo kronis, digantikan dengan kegalauan akibat jab*ay (unappropriate word, tapi ngga ada kata lain yang bisa menggantikan kata ini dalam konteks kalimat tersebut) kronis. Jadi, titik balik dalam kehidupan gw adalah menggeser status dari single jadi single but not available, menikah statusnya tapi pada kenyataannya tetap sendiri, kemana mana sendiri, menjalani hidup sendiri. Ketemu cuma sebulan sekali, sebulan dibalas 2 hari.

Yakin deh, sekarang ini banyak banget yang bernasib sama dengan gw. Long distance marriage (LDM) udah bukan hal yang asing, karena banyak yang menikah tapi hidup terpisah karena pekerjaan atau pendidikan. Gw masih beruntung masih 1 negara, cuma dipisah selat sunda. Kasian yang beda negara, beda benua.

Tapi, bagaimanapun keadaannya, life must go on. Berani mengambil keputusan artinya berani menanggung risiko. Walaupun masih galau, paling ngga galau gw naik level, jadi galau ala tante-tante.

So... kalau lo berharap postingan blog gw akan berubah, lo salah. Episode postingan galau gw belum berakhir, galau gw cuma naik level. Siap-siap terima muntahan kegalauan ala wanita (bukan ibu, gw belom jadi ibu) setengah rumah tangga (setengah nikah-punya surat nikah, sudah muhrim, tapi hidup ala jomblo).

Welcome to my new life :)

Friday 14 June 2013

Menghitung Bulan (Part III) : Pake baju apa yaaa???

Sebagai Bali sejati (lebay) pastinya acara gw menggunakan pakian adat Bali, cuma... karena acaranya buanyak, otomatis harus menyiapkan banyak kostum.
Keuntungan punya ibu perias pengantin adalah pakaian adat bali gratisan, hahahaha. Kalau sewa perias pengantin Bali di Lampung ini sekitarn 2,5 - 5 jutaan. Lumayan lah hemat segitu.
Tapi gw tetep harus bermodal untuk urusan kostum karena acara yang pakai pakain Payas Agung cuma di resepsi, di acara Mepamit dan Pawiwahan rencananya sih pakai modifikasi dengan Kebaya.
Kebaya untuk acara di Lampung gw siapin 1, itupun udah beli bahan dari bulan Mei dan sedang di proses di tukang jahit. Kenapa gw sudah jahit kebaya dari 6 bulan sebelumnya? Karena :
  1. Proses menjahit kebaya pengantin itu makan waktu sekitar 1 bulan
  2. Gw mau payet kebayanya sendiri, hemat dan kalau terlibat di pembuatannya pasti lebih berkesan ketika dipakai
Nekat memang pasang payet kebaya sendiri, cuma gw sudah melatih kemampuan payet memayet gw (ya elah bahasa gw :p) sebelumnya di pembuatan ekor pengantin pesenannya client ibu (apa sih istilahnya kain panjang menjuntai - juntai yang dipake pengantin itu??) dan terbukti gw tahan ngerjainnya walaupun ngejelimet dan ngebosenin. So... yeah, gw mau payet kebaya gw sendiri.

Model kebaya gw gambar sendiri, setelah cari inspirasi dari internet, intip - intip galeri kebaya designer - designer macam Marga Alam, Inar, Vera, Maha Kemala trus intip facebook rumah - rumah jahit, dan beli majalah - majalah kebaya (damn, they are so expensive ya). Gw suka banget dengan model - model kebayanya Verakebaya (cari di instagram atau kalo nggak bisa di hp pake webstagram), kebayanya sederhana, nggak bling - bling atau kebanyakan detail macem - macem, polos tapi anggun gitu. Seandainya gw punya cukup tabungan untuk bikin kebaya disana, hiks (T__T). Ya tapi gpp lah, berhubung nggak kebeli, gw meniru aja model kebaya pinguinnya verakebaya trus dikasi bordir di bagian dada meniru bordir di kebayanya marga alam. Karena kebayanya belom jadi, gw cuma bisa berdoa mudah - mudahan tukang jahitnya bisa membuat seperti yang gw pengen.

Sesuai tema low budget gw, gw pilih bahan yang tidak mahal tapi bisa dibentuk dengan mudah dan motifnya cantik. Setelah konsul model yang gw pengenin, kasi gambar ke tukang jahit, tukang jahitnya kasi saran untuk beli bahan brokat korea.  Setelah muterin pasar Tengah, gw nemu brokat korea warna soft pink di toko Ovitex di Bandar Lampung dengan harga setelah tawar menawar Rp.250.000,- per meternya, kalau di Jakarta lebih murah kali yaa?? Gw beli 3 meter karena gw bikin kebaya panjang, trus dikasi bonus sama cici tokonya 0,5 meter dengan tambahan uang 75 ribu karena ngabisin sisa brokatnya. Setelah tau wujudnya brokat korea, setuju dengan penjahit gw, bahannya memang cocok untuk dipakai bahan kebaya pengantin karena selain bahannya adem dan lembut jadi nempel di badan, motif bunganya bagus dan mudah dibentuk.

Thursday 13 June 2013

Menghitung bulan (Part II) : persiapkan dari jauh - jauh hari

Dari si pacar menyebutkan rencana menikah bulan 10 sekitar bulan Desember tahun lalu, gw sudah mulai menyiapkan beberapa hal kecil yang seringkali diabaikan orang, satu hal yang paling penting adalah Pre Marital Check Up atau cek kesehatan pra nikah #dasarbidanjadisekalianpromosikesehatannihya

Pre Marital check up adalah salah satu bentuk upaya untuk mengenali calon suami/istri, bukan cuma kenal kepribadiannya, keluarganya, kebiasaannya, tapi juga mengenal masalah kesehatannya. Jangan cuma fokus ke persiapan uang untuk acara akad, resepsi, beli cincin, dekorasi, kostum, make - up, dll. Itu urusan di satu hari saja, urusan kesehatan itu akan mempengaruhi masa depan berdua.


First of all, ketika kalian memutuskan untuk menikah adalah, jujur kepada pasangan tentang masalah medis atau gangguan kesehatan apapun yang kalian miliki. Apapun bentuknya, alergi, penyakit kronis, dan terutama penyakit menular (lebih spesifik lagi penyakit menular seksual). Jangan takut untuk terbuka, karena kalau memang mau jadi suami/istri toh harus mau menerima apa adanya kan, bukan ada apanya.

Kenapa jujur tentang masalah medis itu penting? Karena :
  1. Persiapan mental
    Calon suami/istri bisa mempelajari masalah kesehatan yang dihadapi dan ketika masalah tersebut muncul maka akan lebih siap untuk menghadapinya dan tau harus berbuat apa ketika masalah tersebut muncul
  2. Persiapan finansial
    Ketika ada masalah medis yang akan mengganggu proses kehamilan atau persalinan, maka biaya tambahan untuk mengatasi komplikasi tersebut selama kehamilan atau persalinan sudah bisa dipertimbangkan dan disiapkan. Contoh : wanita yang memiliki penyakit diabetes akan berisiko mengalami giant baby (bayi >5 kg) dan akhirnya harus menjalani persalinan secara sectio caesaria (SC). Karena biaya perawatan kehamilan dan biaya SC mahal, maka lebih baik save money untuk tabungan hamil dan melahirkan dari pada dibuang - buang untuk acara resepsi yang mewah. Atau bahkan bisa siapkan dengan mulai mengikuti asuransi kesehatan atau tabungan berjangka
  3. Persiapan kesehatan
    Untuk kasus penyakit menular, seperti hepatititis, TBC, TORCH, dll, calon suami/istri bisa dilindungi dengan pemberian imunisasi atau obat - obatan pencegahan. Ada baiknya untuk berkonsultasi, datang bersama ke dokter yang biasa merawat untuk mendapatkan nasehat dan masukan mengenai tindakan pencegahan penularan. 
Nah, kalau sejauh inikalian merasa tidak punya masalah apa - apa, bukan berarti urusan kesehatan pra-pernikahan selesai ya...
Inti dari pre marital check up bukan cuma mengetahui masalah kesehatan yang dimiliki pasangan, deteksi dini, dan pencegahan penularan jika ada penyakit menular, tapi ada juga tujuan persiapan kehamilan. Premarital check up wajib dilakukan, paling tidak 6 bulan sebelumnya, why? karena jika ada masalah atau penyakit menular tertentu, pengobatan dan imunisasi bisa diselesaikan sebelum menikah.
Sekarang sudah banyak kok rumah sakit dan laboratorium klinik yang sudah memiliki program atau paket pre marital check up. Atau bisa juga datangi dokter keluarga dan minta surat pengantar ke laboratorium untuk check beberapa penanda penyakit tertentu.

Jangan malas melakukan pre marital check up ya, sedia payung sebelum hujan, lebih baik baik mencegah daripada mengobati, semakin awal diketahui semakin baik peluang untuk sembuh :)

14 Juni 2013 - 4 bulan lagi

Empat bulan menuju 14 Oktober
OMG, time move fastly, walaupun sudah direncanakan 6 bulan yang lalu, tetep aja sampe sekarang persiapan belum matang sematang - matangnya :(
Hal yang membuat pusing 7 keliling adalah perubahan runtutan acara, dulunya rencana ke Bali belakangan, sekarang pindah kedepan.  Runtutan acara sampai sekarang masih GAJEBO, dan kalau ada yang bilang semakin dekat ke harinya semakin banyak cobaannya, itu benar.
Rasanya seperti mengulang semua dari 0, waktunya empat bulan lagi dan kami berubah rencana saudara - saudara!!!!!




Anyway, walaupun acaranya masih ngga jelas, persiapan yang lain tetep harus berjalan. Nggak perduli dengan urusan yang lain - lain, gw memutuskan untuk fokus ke persiapan di Lampung, terutama persiapan resepsi. Mau dibilang urusan duniawi kek, bukan yang utama kek, pada kenyataannya resepsi pernikahan adalah bentuk rasa syukur orang tua, dan bentuk dari ungkapan kebahagiaan orang tua dan penghargaan orang tua untuk anak, dan sebaliknya.

Walaupun urusan pernikahan memang kewajibannya orang tua, sebenarnya gw sendiri nggak enak hati kalau sampai memberatkan mereka. So, dari pada membuat acara yang mahal - mahal, gw memilih untuk bikin acara low budget tapi punya konsep yang out of the box, sederhana tapi beda dari yang biasanya. Konsekuensi dari bikin acara pernikahan low budget adalah menyiapkan semua - muanya sendiri, kalau pake WO atau EO itu bisa nambah 10-25 jutaan untuk bayar jasa mereka. Termasuk di urusan pakaian, dekorasi, dll, kalau dikerjakan sendiri (kalau bisa tapi yaaa...) biaya bakalan jauh - jauh - jauh lebih murah.
Karena posisinya nyokap perias pengantin dan penyedia dekorasi pelaminan bali, so... kami bisa menghemat budget make - up, kostum dan dekorasi.

Buat kalian yang pengen bikin acara low budget tapi tetep "wah", I'll share my experience here, atau kalau kalian pernah bikin acara dan mau share pengalaman ditunggu commentnya :) 



Saturday 20 April 2013

Menghitung bulan (part 1) : Langkah tegap majuuuuu.... jalan!

Berapa lama sih waktu dari pendekatan ke pacaran, dari pacaran lalu memutuskan menikah yang ideal? Klau tanya mbah google pasti jawabannya macem - macem. Kalo gw, jawabannya seperti Einstein, relatif. Kenapa relatif? Karena tiap orang memiliki pola pengambilan keputusan yang berbeda dan latar belakang siatuasi dan kondisi yang berbeda. Ada yang 10 tahun pacaran, ujung - ujungnya nggak jadi, ada yang baru ketemu sebulan, langsung nikah. Kalau dicari pake statistik mungkin bisa di cari mean, median (halaaah.... efek kebanyakan kuliah epidemiologi), cuma kalau dicari apakah ada waktu yang ideal, jawabannya relatif.

Gw sendiri bisa dibilang mengambil keputusan dalam waktu singkat, bahkan kalau ditanya kenapa gw mau sama Mr. gw juga susah menjelaskan. Why? Karena apa yang dirasa kadang - kadang sulit untuk dijelaskan. Intinya, siapa yang bisa membuat paling nyaman, itu yang dipilih, iya kan?

Kalau nonton di TV, urusan lamar melamar itu pake acara - acara lebay macam apalah judulnya itu yg ngelamar di liput TV atau bahkan acara di Star World kaya Mobbed yang bikin surprise waktu lamaran, romantis - romantisan, dll. Kalau gw, karena si pacar bukan tipe manusia romantis - romantisan, doi langsung tanya "ada hari baik untuk menikah bulan sekian tahun sekian, pilih mana?" dan jawaban bodoh gw adalah "kok langsung ke tanggal, emang gw udah bilang mau nikah?" hahahahahaha. We are a weird couple. Aneh dua - duanya memang, makanya cocok, hehehe. Kami bahkan nggak tau kapan kami sebenarnya mulai pacaran, everything just flow like water, mengalir begitu saja, nggak perlu banyak basa - basi, hehehe.
Kalau ditanya kenapa mau sama pacar, jawaban gw cuma : karena merasa nyaman. Singkat, jelas, padat.
Umur sudah cukup, keyakinan sudah mantap, tinggal langkah tegap majuuu.... jalan!

So, setelah meminta pertimbangan dan masukan dari keluarga dan teman, berdiskusi panjang lebar, mengatasi perbedaan, menerima kekurangan, kami sepakat dengan bulan Oktober. Dalam adat Bali (dan mungkin juga di beberapa daerah, seperti Jawa), penentuan hari pernikahan itu nggak gampang, banyak pertimbangan, nggak boleh di hari kelahiran, nggak boleh sekian hari dari hara raya Galungan, ada perhitungannya yang gw juga nggak begitu paham. Sempet berdebat karena pemilihan hari dan tanggal yang menurut gw nggak pas, dan akhirnya setelah penjelasan 2 kali panjang + lebar (keling - keliling) dari pacar lebih ngerti tentang beginian gw menyerah dan ngikutin keputusan :
  • Pawiwahan (kalau di Muslim namanya ijab kabul) : Tanggal 14 Oktober . Lokasi di rumah kediaman keluarga pacar (kalau adat Bali, pernikahan dilangsungkan di keluarga laki - laki) di Lampung Timur.
  • Mepamit (meminta izin dan memberi kabar ke keluarga besar bahwa anak perempuannya sudah menjadi istri dan ikut ke keluarga suami) : Tanggal 18 Oktober. Lokasi di rumah keluarga besar di Tabanan, Bali.
  • Resepsi : Tanggal 27 Oktober. Lokasi di Bandar Lampung. 
Ribet? Ini udah di ringkas saudara - saudara. Gw pernah ngikutin runtutan pernikahan adat Bali yang sesungguhnya, sepupu gw waktu itu yg menikah, di Bali, aduh biyuuungg.... ribetnyaaaa. Bolak - balik, mondar - mandir. Gw yang cuma ngikutin aja puyeng, gimana yg punya acara tuh. Nah, karena kebetulan kedua pihak keluarga sudah sama - sama perantauan, jadi acara di buat ringkas dan memaksimalkan waktu. Biasanya kalau di Bali, nggak ada acara resepsi di pihak perempuan, karena sistem di Bali memang patrilinial, jadi lebih repot ngurus kawinan anak laki - laki daripada perempuan. Cuma kalau versi keluarga besar gw, dan hampir semua orang tua perantauan di Lampung, Jakarta, dan sekitarnya, anak perempuan dan laki - laki harus diperlakukan sama, jadi semuanya dibuatkan acara resepsi.

Tapi ternyata rencana awal berubah, setelah mempertimbangkan dan diskusi dengan keluarga di Bali, biar nggak bolak - balik dan nggak mepet dengan hari raya Galungan, acara resepsi di majukan ke tanggal 20 Oktober dan ke Bali 1 bulan setelah Galungan. Batal deh rencana honeymoon di Bali, hehehe, di Lampung aja cukup lah :D

Menghitung bulan

Yeaaayyy... akhirnya setelah sekian lama, niat dan minat untuk posting blog muncul lagi, hehehe
*bawa kemoceng dan lap butut - ngebersihin debu dan sarang laba - laba di blog*

Well, setelah sekian lama berlalu, hari - bulan - tahun sudah lewat dan gw tetep stuck di kota Bandar Lampung tercinta, Lampung Sai Sang Bumi Ruwa Jurai. Urusan kuliah *yang akhirnya kelar juga* dan urusan terjemahan *yang semakin menumpuk* bener - bener menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran dan menyebabkan ke-tidak aktifan gw di blogging memblogging. Padahal sebenernya kalau bahan  - bahan terjemahan itu gw ringkas buanyaaaakkk banget bahan bagus yg bisa di share, cuma waktunya euy... menerjemahkan saja sulit bagi waktunya, meringkasnya lebih sulit lagi bagi moodnya, hehehe (singkat kata : males).

OK, cukup intronya...
Back to the track, sesuai dengan judul, gw hari ini mulai menghitung bulan ke bulan Oktober. Ada apa di bulan Oktober? It's "astungkara" gonna be wedding month (yippiieee.... uhuk-uhuk). Kenapa wedding month? bukan wedding day? karena selama sebulan runtutan acaranya banyak, hehehe.

Penetapan tanggal sebenernya udah diambil dari awal tahun, cuma karena persyaratan dari ibu, nggak boleh menikah sebelum kami lulus kuliah, gw dan si Mr. (my bofriend) yang waktu itu baru mulai nyusun thesis dan belum tau kapan kelarnya (lebih tepatnya ngga jelas bakalan bisa kelar tahun ini apa nggak, hehehe), kami belum berani membicarakan lebih serius. Setelah ada tanda - tanda kemajuan thesis, baru deh di awal bulan Februari ada pembicaraan antar keluarga dan ditetapkanlah bulan Oktober sebagai bulan keramat :p

Karena waktunya masih lama, jadi masih santai - santai aja, nggak mikirin ini itu, dan akhirnya santainya kebablasan karena setelah dihitung - hitung waktunya tinggal 6 bulan lagi...!!!!!!

Sejauh ini gw baru cari - cari info tentang apa saja yang harus disiapkan, berapa kira - kira dana yang dibutuhkan (baik dari dana kantong gw sendiri dan suntikan dana dari ortu), baca - baca pengalaman blogger yang sharing persiapan pernikahannya dan liat - liat tema warna, konsep dekorasi dan pakaian adat Bali.

6 months to go, lumayan banyak waktu untuk menyiapkan diri, menyiapkan dana dan menyiapkan kebutuhan lain, doakan saya (>.<)