Sunday 14 September 2014

Perjalanan ini... terasa sangat menyedihkan

Hi world.
Tidak terasa pernikahan sudah 11 bulan, bulan depan kami genap 1 tahun.
Setelah 5 bulan LDM, akhirnya sudah 6 bulan ini pindah ke Tangerang, berusaha untuk menjadi istri yang baik, mendampingi suami setiap hari dan bebas dari galau ala tante - tante.

Bebas galau kah sekarang???

No.. no..no

Galaunya naik ke level yang lebih tinggi lagi, sekarang galau yang lebih serius, Galau Pengen Jadi Ibu.

Kalau dulu sebelum menikah, galau karena jomblo, serbuan pertanyaan "udah punya pacar belum?" bikin hati berasa teriris - iris *sakitnya tuh disiiiniiiiiii - sambil pegang hati*
Setelah menikah, galau karena LDM, single but not available, jauh dari suami, orang - orang pulang dijemput suami, gw pulang dijemput mang angkot. Serbuan pertanyaan "udah nikah kok jauh - jauhan, apa enaknyaaaa???" bikin hati berasa dicincang.
Setelah tinggal sama - sama dengan suami, sekarang mupeng liat suami - istri gendong bayi, dorong stroler. Serbuan pertanyaan "udah ngisi belum?" bikin hati kaya di habis diiris - iris, dicincang, dikasi tepung, garam, gula dimasukin ke air mendidih *bakso kali*

Hidup itu memang sebuah siklus yang menimbulkan pertanyaan tanpa henti.

Karena sudah pekak ini telinga ditanya kapan hamil, kenapa belum hamil, si Ani baru nikah 2 bulan udah hamil, si Anu temen mama yang nikah bareng kamu udah ngelahirin, si Bedu istrinya semalem ngelahirin loooh, dan lain - lain.
Karena sudah capek makan toge berkilo - kilo, dipecel udah, disoto udah, dicampur di kwetiau, ditumis udah, dikredok udah, bahkan direndem air panas dan dimakan tanpa bumbu satu mangkok sekaligus juga udah.
Karena sudah capek hitung - hitungan hari, atur posisi, angkat kaki keatas, sikap lilin, kayang, jungkir balik.
Karena sudah capek minum vitamin ini itu.
Akhirnya menyerahkan diri ke dokter untuk konsultasi masalah infertilitas (sebenernya sih belum bisa dikategorikan sebagai infertilitas karena definisi infertilitas itu tidak terjadi kehamilan setelah berhubungan seksual secara teratur selama 1 tahun, gw kan baru mulai berhubungan seksual teratur selama 6 bulan terakhir).
Karena bingung mau ke dokter mana (berhubung masih newbie di Tangerang) akhirnya browsing dan dapet info kalau dokter di RS. Hermina Tangerang ada yang bagus, antara Dr.Iwan Darmawan SpOG atau Dr.Budi Maryanto, SpOG. Karena pas si hubby libur adanya jadwal praktek Dr.Budi akhirnya pilih ke Dr.Budi.
Dalam hati sih, ini kan cuma konsul pertama, palingan juga dikasi multivitamin dan istilah awamnya "obat penyubur" doang. Tapi pada kenyataannya, perkiraan tidak sesuai kenyataan. Masalahnya lebih dari sekedar "kurang subur".

Anamnesa awal dokter cuma kapan menikah, kapan mulai mencoba program kehamilan, apa saja upaya yang sudah dilakukan. Setelah dijawab lengkap, dokternya langsung ajak USG.
Dan ternyata saat di USG ada kantung yang seharusnya tidak tampak pada uterus (rahim) normal. Dokternya bilang itu adalah hidrosalping, bahasa awamnya : leher rahim yang terisi cairan. Hidrosalping yang keliatan di USG cuma 1 di sebelah kiri. Sebelah kanan tidak tampak ada kelainan.
Hidrosalping itu membuat tuba jadi tersumbat, jadi spermanya nggak bisa ketemu sama sel telur, kalaupun bisa ketemu, embrionya tidak bisa menempel di rahim karena cairan dari hidrosalping itu merusak lingkungan rahim yang normal.

Cuma ini baru diagnosa awal aja, diagnosis pasti ditentukan dengan HSG (histerosalpingografi) jadi memasukkan zat kontras (sejenis zat pewarna) kedalam uterus dengan kateter, trus di foto dengan X-ray untuk liat apakah ada sumbatan atau tidak di leher rahimnya. HSG ini hanya boleh dilakukan kalau gw udah pasti tidak hamil, karena gw dateng pas masa subur dan setelah menstruasi bersih gw sudah berhubungan sama hubby. Jadi dokternya menyarankan untuk janjian HSG di hari ke 2 - 4 setelah menstruasi bersih di siklus berikutnya.
Selain disarankan HSG, si hubby juga dianjurkan untuk ngejalanin analisis sperma. Soalnya kalo ternyata si hubby juga bermasalah, pengobatannya bisa jalan dua - duanya.

Setelah dari ruang dokter disaranin untuk ke ruang Radiologi dan Laboratorium untuk konseling awal persiapan HSG dan analisis sperma. Di radiologi dikasi penjelasan lagi tentang syarat "2 - 4 hari setelah bersih dari menstruasi dan tidak berhubungan tadi", dan dijelasin proses pemeriksaannya, bahkan diliatin hasil dari HSG punya pasien lain. Yang bikin deg - degan adalah.... ternyata prosesnya pakai tenakulum (kaya klem panjang yang ada kaitnya diujungnya buat megang serviks, jadi rahimnya posisinya lebih lurus). Walaupun nggak semua dokter pakai, kata bapak radiografernya, senaiknya tenakulum tetep dipake, apalagi kalo ternyata posisi uterusnya retroversi. Kateter yang dipake juga bisa yang dari karet atau dari besi, tergantung posisi uterusnya. Karena berpengalaman beberapa kali masang tenakulum ke pasien, kebayang langsung nyeri mengigit tenakulumnya. Belum diapa - apain perut berasa mules - mules gimanaaa gitu. Sakit nggak sih? Deg - degan nih :D
Untuk harga, kalau di RS.Hermina 1.200.000, itu udah total, sama jasa dokternya. Dokter yang melakukan HSG bukan Dr.Budi, ada dokter perempuan sih katanya, jadwalnya sesuai perjanjian, telpon dulu 2 hari sebelumnya.

Terus dari radiografi ke Laboratorium. Disini dikasi penjelasan kalo analisis sperma bisa kapan aja di hari kerja, antara jam 7 - 9. Nah, kenapa musti pagi - pagi, nggak paham juga deh. Karena sperma terbaik di jam - jam itu kali yah. Dijelasin sama laborannya kalo mau analisis sperma, tidak boleh mengeluarkan sperma dalam waktu minimal 2 hari maksimal 7 hari sebelum cek. Harganya murah, cuma 220.000.

Habis dari dokter masih senyum - senyum semangat sok ceria gitu. Suami anteng - anteng aja, nurut kemana kaki istri melangkah.
Sampe rumah.... menjelang tidur, setelah si hubby ngorok, grok - grok - grok, mulai kepikiran sama suspek hidrosalpingnya itu. Tangan mulai gratil pengen browsing. Padahal udah diniatin, nggak mau tau rinci apa itu hidrosalping, cukup tau info dasar aja dari dokter supaya tetep tenang. Tapi apa daya, rasa penasaran membuncah, dan akhirnya malem - malem browsing juga tentang hidrosalping. Awalnya cuma browsing informasi dasar aja, informasi pasien gitu. Tapi lama - lama kok makin serem dengan penjelasannya yang ngarahin ke IVF (bayi tabung) semua.
Akhirnya baca - baca lagi pengalaman - pengalaman orang - orang yang punya masalah hidrosalping juga dan kebanyakan juga ceritainnya berakhir dengan IVF. Berhubung terbiasa dengan publikasi ilmiah, dan masih menolak kenyataan, berharap dapat penjelasan berbeda, akhirnya buka - buka jurnal - jurnal dan hasilnya sama. Prognosis buruk, tingkat kehamilan rendah.

Oh my God.... berasa runtuh ini dunia.

Di kepala cuma ada kalimat kemungkinan hamil rendah. Cobain IVF dengan biaya mahal dan belum tentu berhasil di siklus pertama. Sebelumnya harus laparotomi untuk angkat tuba atau oklusi tuba.

Apaan nih, kenapa jadi ribet begini urusannya? Niat awal cuma konsul, kok jadinya malah dapet kabar buruk begini. Syok berat, nangis semaleman sampe mata bengkak. Pelanin suara isak tangisnya biar si hubby nggak kebangun, redam pake bantal dan suami tetep tidur pulas dengan wajah tanpa dosa. Pagi - pagi bangun, masih gegoleran dengan mata bengkak di tempat tidur, ditanya kenapa sama si hubby, air matanya ngalir deres lagi. Si hubby ternyata nggak paham banget sama kata - kata dokternya, dia pikir dengan antibiotik aja bisa hilang, kaya bisul. Padahal mah jauh lebih serius dari itu masalahnya. Setelah dijelasin lagi dan ceritain hasil baca semalem, si hubby seperti biasa, selalu kalem dan cuma senyum aja sambil bilang "jangan terlalu berpikiran negatif, itu kan kemungkinan terburuk, masih ada peluang", karena si gw orangnya bukan tipe yang berpatokan sama kemungkinan terbaik, walaupun suami tampak anyem - anyem aja, tetep aja pikiran nggak tenang.

Sedih banget rasanya membayangkan kemungkinan terjelek, ngga bisa hamil. Padahal udah nyiapin tabungan rencana di bank buat biaya hamil dan melahirkan. Ngga bisa ngerasain ngidam, ngerasain ada janin kecil tumbuh di rahim, ngerasain pamer foto baby bump (padahal udah punya konsep foto pregnancy sama fotografer langganan), ngerasain sakitnya kontraksi, ngerasain peluk bayi kecil sambil ngasi ASI, sibuk siapin MPASI, pasang DP anak. Aaah... bisa nggak ya??? Mudahkan jalan kami ya Tuhaannn....

Efeknya, sekarang sangat sensitif dengan bayi, dan orang hamil.
Liat iklan bayi di TV, liat orang jalan bareng anaknya, liat temen pamer status hamil di medsos, liat temen pajang foto anak di medsos, jadi keseellll banget. Kalo ada iklan di TV langsung ganti, buka medsos males. Iri banget, liat orang semudah itu mendapatkan anak, sementara gw harus berjuang, sakit badan diperiksa ini itu, minum obat ini itu, sakit hati nunggu lama, sakit hati karena iri, sakit hati karena ledekan dan pertanyaan sana - sini.

Tapi setelah baca - baca pengalaman orang lain di beberapa forum, jadi kuat hati. Ternyata banyak yang punya pengalaman yang sama. Bahkan kondisinya lebih kompleks dari gw. Banyak yang sudah mencoba berbagai cara, beberapa kali gagal IVF, tapi nggak pernah nyerah dan terus coba. Gw baru mau HSG aja udah ngedown duluan.
Selalu ada cara, selalu ada jalan. Tuhan nggak mungkin kasi cobaan yang diluar batas kemampuan kita. Sekarang mah harus tetep semangat. Move on dan move up.

Gw memutuskan untuk udahan ngurusin masalah hamil - hamilan dulu. Sekarang fokus ke pengobatan masalah hidrosalpingnya dulu. Cari uang banyak - banyak. Menata karir yang lebih baik, supaya punya bekal untuk berobat dan IVF. Dan yang paling penting, menjaga diri supaya tetap cantik dan bikin suami betah dirumah, lengket kaya kena lem super glue, hehehe.
Tapi mudah - mudahan suatu saat bisa hamil spontan. Banyak - banyak berdoa dan tetap berusaha saja lah dulu.

Inilah hidup... ada yang punya kelebihan, ada yang punya kekurangan.
Ada yang diberi kemudahan langsung dapet, ada yang dikasi halangan rintangan dulu.