Saturday 20 April 2013

Menghitung bulan (part 1) : Langkah tegap majuuuuu.... jalan!

Berapa lama sih waktu dari pendekatan ke pacaran, dari pacaran lalu memutuskan menikah yang ideal? Klau tanya mbah google pasti jawabannya macem - macem. Kalo gw, jawabannya seperti Einstein, relatif. Kenapa relatif? Karena tiap orang memiliki pola pengambilan keputusan yang berbeda dan latar belakang siatuasi dan kondisi yang berbeda. Ada yang 10 tahun pacaran, ujung - ujungnya nggak jadi, ada yang baru ketemu sebulan, langsung nikah. Kalau dicari pake statistik mungkin bisa di cari mean, median (halaaah.... efek kebanyakan kuliah epidemiologi), cuma kalau dicari apakah ada waktu yang ideal, jawabannya relatif.

Gw sendiri bisa dibilang mengambil keputusan dalam waktu singkat, bahkan kalau ditanya kenapa gw mau sama Mr. gw juga susah menjelaskan. Why? Karena apa yang dirasa kadang - kadang sulit untuk dijelaskan. Intinya, siapa yang bisa membuat paling nyaman, itu yang dipilih, iya kan?

Kalau nonton di TV, urusan lamar melamar itu pake acara - acara lebay macam apalah judulnya itu yg ngelamar di liput TV atau bahkan acara di Star World kaya Mobbed yang bikin surprise waktu lamaran, romantis - romantisan, dll. Kalau gw, karena si pacar bukan tipe manusia romantis - romantisan, doi langsung tanya "ada hari baik untuk menikah bulan sekian tahun sekian, pilih mana?" dan jawaban bodoh gw adalah "kok langsung ke tanggal, emang gw udah bilang mau nikah?" hahahahahaha. We are a weird couple. Aneh dua - duanya memang, makanya cocok, hehehe. Kami bahkan nggak tau kapan kami sebenarnya mulai pacaran, everything just flow like water, mengalir begitu saja, nggak perlu banyak basa - basi, hehehe.
Kalau ditanya kenapa mau sama pacar, jawaban gw cuma : karena merasa nyaman. Singkat, jelas, padat.
Umur sudah cukup, keyakinan sudah mantap, tinggal langkah tegap majuuu.... jalan!

So, setelah meminta pertimbangan dan masukan dari keluarga dan teman, berdiskusi panjang lebar, mengatasi perbedaan, menerima kekurangan, kami sepakat dengan bulan Oktober. Dalam adat Bali (dan mungkin juga di beberapa daerah, seperti Jawa), penentuan hari pernikahan itu nggak gampang, banyak pertimbangan, nggak boleh di hari kelahiran, nggak boleh sekian hari dari hara raya Galungan, ada perhitungannya yang gw juga nggak begitu paham. Sempet berdebat karena pemilihan hari dan tanggal yang menurut gw nggak pas, dan akhirnya setelah penjelasan 2 kali panjang + lebar (keling - keliling) dari pacar lebih ngerti tentang beginian gw menyerah dan ngikutin keputusan :
  • Pawiwahan (kalau di Muslim namanya ijab kabul) : Tanggal 14 Oktober . Lokasi di rumah kediaman keluarga pacar (kalau adat Bali, pernikahan dilangsungkan di keluarga laki - laki) di Lampung Timur.
  • Mepamit (meminta izin dan memberi kabar ke keluarga besar bahwa anak perempuannya sudah menjadi istri dan ikut ke keluarga suami) : Tanggal 18 Oktober. Lokasi di rumah keluarga besar di Tabanan, Bali.
  • Resepsi : Tanggal 27 Oktober. Lokasi di Bandar Lampung. 
Ribet? Ini udah di ringkas saudara - saudara. Gw pernah ngikutin runtutan pernikahan adat Bali yang sesungguhnya, sepupu gw waktu itu yg menikah, di Bali, aduh biyuuungg.... ribetnyaaaa. Bolak - balik, mondar - mandir. Gw yang cuma ngikutin aja puyeng, gimana yg punya acara tuh. Nah, karena kebetulan kedua pihak keluarga sudah sama - sama perantauan, jadi acara di buat ringkas dan memaksimalkan waktu. Biasanya kalau di Bali, nggak ada acara resepsi di pihak perempuan, karena sistem di Bali memang patrilinial, jadi lebih repot ngurus kawinan anak laki - laki daripada perempuan. Cuma kalau versi keluarga besar gw, dan hampir semua orang tua perantauan di Lampung, Jakarta, dan sekitarnya, anak perempuan dan laki - laki harus diperlakukan sama, jadi semuanya dibuatkan acara resepsi.

Tapi ternyata rencana awal berubah, setelah mempertimbangkan dan diskusi dengan keluarga di Bali, biar nggak bolak - balik dan nggak mepet dengan hari raya Galungan, acara resepsi di majukan ke tanggal 20 Oktober dan ke Bali 1 bulan setelah Galungan. Batal deh rencana honeymoon di Bali, hehehe, di Lampung aja cukup lah :D

No comments:

Post a Comment