Sunday 19 February 2012

Grhastha Asrama : Menuju Keluarga Satvam, Sivam, Sundaram

Hari raya Kuningan juga hari odalan Pura Kerthi Bhuana Way Lunik, karena ini hari raya Kuningan di Lampung jauh lebih heboh dari hari raya Galungan. Umat dari berbagai penjuru Lampung dateng ke Pura ini, jadi pura ini ramenyaaaaaa.... luar binasa. Sembahyang aja harus ngantri di depan tangga, mau keluar pura juga harus ngantri. Belom lagi kalo pas ada acara hiburan, waduh... bikin macet jalur lintas sampe berkilo - kilo meter.

Yang jadi favorit gw di odalan Way Lunik adalah selalu dateng pedagang - pedagang buku agama, hiasan - hiasan dan souvenir - souvenir Hindu yang jarang banget ditemuin di Lampung raya. Kebiasaannya, kalo pas odalan, Babeh selalu beli beberapa buku agama untuk persediaan bacaan 6 bulan dan selalu ada 1 buku yang WAJIB gw baca. Tahun kemarin Babeh beliin buku tentang perjalanan janin dari fertilisasi sampe jadi bayi menurut Hindu, cuma karena banyakan bahasa Bali dan diambil dari lontar, gw ngga ngerti, menyerah baca di halaman ke 10 dan sekarang cuma jadi pajangan doang, hehehe.

Tahun ini, Babeh ngasi buku yang judulnya Grhasta Asrama : Menuju Keluarga Satvam Sivam Sundaram, pegangan untuk berumah tangga, begitu tulisannya. Nah, Babeh ngasi gw buku ini dengan pesan : Baca sampai habis, resapi, praktekkan (dziiiingg......!!!).

Awalnya gw cuma lirik - lirik doang buku ini mejeng di rak buku, lama - lama penasaran juga isinya, dan langsung melahap habis dalam 1 hari, hehe. Ternyata isinya menarik, dan diperlukan, terutama untuk kita - kita yang buta dengan tradisi Bali. Buku bagus untuk kado perkawinan.

Inti buku ini :
Grhasta itu apa?
Grhasta itu tahap kedua dari Catur Asrama (inget lagi pelajaran pasraman SD) yang terdiri dari Brahmacari (masa menuntut ilmu), Grhasta, Bhiksuka, Sanyasin. Nah, tiap tahapan ini dimaksudkan untuk memenuhi Catur Purusha Artha (dharma - berbuat kebaikan, artha - harta, kama - hawa nafsu, moksha - bersatunya atman dengan brahman), tapi tiap tahap ada prioritasnya, pada masa grhasta prioritasnya adalah artha yang berupa kebutuhan sandang, pangan, papan dan kama pemenuhan kebutuhan Eka Dasa Indria (baca lagi buku SDnya, kepanjangan ditulis) dengan dharma sebagai landasannya dan moksha sebagai tujuan akhirnya.

Apa sebenernya tujuan pernikahan?
Dalam pernikahan grhastin (orang yg sudah berumah tangga) diharapkan mampu menjadi keluarga Sukinah, yaitu keluarga yang bahagia lahir dan batin dan bla bla bla...bahasanya terlalu berat.
Tujuan utamanya bisa disingkat dengan 3 kata : satvam, sivam, sundaram

  1. Satvam (kebenaran) artinya : proses dan mekanisme pernikahan dijalankan sesuai dengan kesusastraan Hindu dan benar dari segi hukum.
  2. Sivam (kebajikan) artinya : tiap anggota keluarga hendaknya selalu mengutamakan kebersamaan, keserasian, keselarasan, saling pengertian dan tanggung jawab guna ajegnya suatu perkawinan, menghindari segala hal yg dapat menimbulkan kesalahpahaman ataupun perceraian.
  3. Sundaram (kesejahteraan) artinya : menjaga kedamaian abadi baik secara lahir maupun batin

Dan tambahan satu lagi, tujuan pernikahan salah satunya adalah untuk menghasilkan anak yg SUPUTRA. Su artinya baik, putra artinya anak jadi artinya anak yang baik (ya iya lah!), maksudnya anak yang berbakti kepada orang tuanya, dapat dibanggakan dan selalu berada di jalan dharma sehingga nantinya dia akan menjadi penyelamat untuk kedua orang tua dan leluhurnya. Ada lontar yang bilang lebih baik memberikan 1 anak suputra dari pada memberikan sedekah 100 buah sumur.

Bagaimana peran istri, suami dan anak?
"Pitri Deva Bhava, Maitri Deva Bhava" artinya Ayah dan Ibu adalah ibarat perwujudan dewa dalam keluarga.
Jadi, bukan ayah saja dewanya, atau ibu saja dewinya, kedua - duanya adalah SAMA, SEDERAJAT (catat baik - baik saudara - saudara, kalau ini dipahami baik - baik seharusnya tidak ada lagi perempuan yang jadi korban KDRT).
Menurut Weda Smrti, suami dan istri itu kaya benih dan tanah. Istri sebagai tanah dan suami sebagai benih. Persemian benih di tanah akhirnya akan menghasilkan tunas muda (anak). Agar tunas tumbuh dengan baik itu tergantung dari benih dan tanahnya, benihnya harus baik, dan tanahnya harus baik karena sifat si tunas tidak akan jauh dari asal dan tempatnya tumbuh. Anak adalah milik dan tanggung jawab bersama.

  1. Suami bertugas sebagai pencetus, pemrakarsa, dan pemimpin, menjamin kesejahteraan keluarga dan MELINDUNGI keluarganya. (Catat sekali lagi, MELINDUNGI, bukan membuat rusuh dengan perselingkuhan, apalagi justru menjadi penyiksa anak dan istri).
  2. Istri itu seperti pelita, pemberi penerangan, dia yg mengandung, melahirkan, guru pertama untuk anak, dan pusat kegiatan rumah tangga termasuk pelaksana utama kegiatan yadnya. Dari akar katanya Istri berasal dari kata Stri yg di bahasa Sansekerta artinya Pengikat Kasih, istri sebagai cerminan keutuhan rumah tangga. Pernah juga gw baca sloka yang intinya : dimana wanita dihormati disitulah para dewa merasa senang, dimana wanita tidak dihargai dan tidak dihormati dalam satu keluarga maka upacara yadnya sebesar apapun tidak ada artinya.
  3. Anak nantinya bakalan jadi sumber kebahagiaan suatu keluarga, jd kebanggan keluarga dan penyelamat baik selama orangtuanya hidup ataupun setelah mengalami kematian.

Pada intinya ikatan antara istri, suami dan anak itu ikatan pengabdian, baik secara horizontal atau vertikal. Horizontal artinya mengabdi ke sesama makhluk hidup, poinnya pengabdian dari istri ke suami dan sebaliknya, Vertikal artinya mengabdi ke Brahman dalam segala bentuk manifestasinya dan kepada leluhur.

Bagaimana agar bisa menjadi keluarga Sukinah?
Banyak banget yang dijelasin disini, tapi bisa gw simpulkan kalo intinya itu :

  1. Pilih calon pasangan yang baik (mungkin kalo dibaca - baca intinya jangan cuma cari yang pintar ilmu tapi tidak bisa mengaplikasikan ilmu, contoh : pinter, muka ganteng, nilai agama disekolah 100 terus tapi suka minum minuman keras apalagi pemabuk -- artinya tau yg mana baik dan buruk tapi tidak bisa mengendalikan panca indria sehingga berlaku sad ripu (nah loh, lupa apa itu?? buka buku SD). Btw, gw pernah baca hampir 50% KDRTbaik itu ke anak atau istri itu dilakukan oleh suami yg sedang mabuk, dan penyebab utama faktor kesulitan ekonomi atau tuduhan perselingkuhan.
  2. Pilih hari yang baik, lakukan dengan tata cara yang baik, taati kesusastraan agama dan hukum yang berlaku. Ada sloka yang artinya bila suatu perkawinan didasarkan atas perbuatan tercela atau dengan cara yang tercela maka akan dilahirkan keturunan yang tercela. Dan disini babeh nambahin kalo di Bali masih ada istilah kawin lari, gw kira maksudnya kaya yg gw liat di sinetron2 gitu, kabur trus kawin ngga pake wali, ternyata kawin lari versi Bali beda. Biasanya dilakukan kalo orang yg warna nya lebih tinggi mau menikahi wanita yg warnanya lebih rendah, jadi yg hilang itu proses meminang, ga ada lamar - lamaran, si perempuan langsung dibawa ke rumah lakinya tapi orang tuanya ngga dikasi tau untuk langsung upacara pawiwahan, ntar orang tuanya dikasi tau kalo anaknya udah dinikahin pake surat, SURAT doang, kumpulan kata yg ditulis di kertas pake tinta, ditahap ini gw teriak ke babeh : Gila mereka beh, Orang woy, bukan Barang, dia kita kaya kirim laporan penerimaan barang apa dan si babeh ngakak. Gila, masih jaman ya yang beginian, semua orang sama dimata Tuhan, itu merendahkan wanita banget, dinikahin tapi kok ngga ada kulo nuwun sama orang tuanya, emang yg ngelahirin siapa, bego juga yg perempuan mau, hadeuuuh.....
  3. Wujudkan sikap saling mehormati dan menghargai tugas dan kewajiban masing - masing. Baik pihak istri dan suami harus mampu mengendalikan panca indrianya sehingga terhindar dari perbuatan tercela yang akhirnya menimbulkan perceraian. 
Yang menarik, buku ini juga lengkap dengan tata cara pernikahan menurut adat Bali, tahap - tahapannya, banten - bantennya plus maknanya (ini yang penting, percuma bikin banten gede - gede tapi ngga tau makna makna masing - masing banten itu apa). Trus di akhir ada juga tentang gimana caranya mebanten di rumah, apa aja yang dibuat, siapa yang diaturin, apa yang harus diucapkan. Lengkap - kap - kap - kap dah. Hayooo... siapa nih yang mau nikahan??? Ntar gw pesenin deh buku ini buat kado nikahan, hohohoho. 

No comments:

Post a Comment