Friday 3 February 2012

Nasihat Ibu (dirangkum dari hasil pembicaraan sepanjang perjalanan Bekasi - Pasteur)

Ibu, tipe ibu yang cool, calm dan confident. Tidak banyak bicara. Tidak banyak menuntut. Tapi sekalinya memberi nasihat, akan panjang tapi meresap. Ibu juga tipe orang yang lebih banyak diam kalo diperjalanan. Apalagi kalo naik pesawat, diam seribu bahasa, sibuk baca mantram Tryam Bhakam, hehehe. Udah bolak - balik Bandung, Jakarta, Bali masih tetep phobia sama ketinggian.

Kemarin, gw sama ibu berangkat bareng ke Bandung, naik pesawat 30 menit ke Jakarta, dan 4 jam naik travel Jakarta - Bandung. Tumben - tumbenan ibu bicara panjang lebar tanpa dipancing, nasihat yang sangat - sangat jarang gw denger. Konsep jodoh versi ibu.

Kalau dirangkum dari nasihat yang diberikan selama 3 jam, disela dengan minum, ngeluh laper dan digangguin sama om - om sebelah yang banyak nanya, inti dari nasihatnya terdiri dari 2 poin :
 
1. Memilih orang yang tepat
  • Di umur 23 - 25 tahun itu adalah masa yang paling tepat untuk mencari dan mengenal. Usia menikah itu relatif. Masa pengenalan itu tidak bisa dipatok harus berapa lama. Dengan memberikan beberapa contoh kasus, ibu berusaha untuk memberi gambaran bahwa orang itu bisa menemukan jodohnya dimana saja, dalam waktu yang tidak terduga atau bisa diduga, bisa orang yang sangat dekat atau bahkan sangat jauh.
  • Tapi jangan terlalu yakin dengan konsep jodoh ada di tangan Tuhan, karena kita Hindu, mengenal hukum karma, Tuhan memberikan kita jalan untuk memilih jodoh kita sendiri, Dia mengirim beberapa orang untuk menjadi kandidat calon jodoh, dan kita yang menentukan siapa yang akan kita pilih. Bagaimana hasil pernikahan itu, itu adalah hasil dari pilihanmu sendiri. 
  • Kamu harus menikah dengan orang yang seiman, itu wajib, itu satu - satunya unsur paksaan dalam konsep jodoh Ibu. Itu harga mati. Jangan melakukan kesalahan yang sama, belajar dari pengalaman sendiri, tidak mudah menghadapi perbedaan keimanan. Tidak boleh ada 2 nahkoda dalam 1 kapal.
  • Jangan mudah untuk nge-judge seseorang sebelum kamu kenal dia dengan baik, berikan kesempatan untuk dia mengenal kamu, keluargamu dan terutama mengerti bagaimana posisimu dalam keluarga ini, memahami kondisimu. Semua orang punya kekurangan dan kelebihan, sama seperti kamu, mungkin kamu punya kekurangan besar, tapi pasti ada kelebihan yang cukup untuk menutupi kekurangan itu.
  • Karena kita tidak pernah tau siapa yang akan jadi pendamping kita nanti, jadi kalau ada orang yang berusaha mendekati, buka hati untuk mereka. Jangan karena kita yakin dengan satu orang, walaupun orang itu sudah berlaku negatif berulang kali masih dipertahankan dan tidak mau terbuka dengan orang lain. Orang yang kita inginkan belum tentu adalah orang yang kita butuhkan. 
  • Bersikap sedikit agresif tapi bukan menyerahkan diri. Perempuan memang harusnya menunggu, tapi bukan berarti pasif, orang juga bosen kalo sudah susah payah mendekati tapi yang dideketin kaya yang ngga butuh, itu kesalahan yang paling besar. Tunjukkan pedulimu, beri tanda, tunggu bagaimana hasilnya. (Set dah, nyokap gw pakar banget yaaaa, mantannya banyak sih booo, hahahaha).
  • Tidak perlu orang yang dekat, artinya tidak harus satu kota, satu provinsi, atau masih keluarga atau orang yang dikenal. Tidak perlu berpikir bahwa orang itu akan membawa kamu jauh atau dekat dari orang tua. Orang tua itu hidupnya sebentar lagi, yang muda yang akan lebih lama menjalani hidup bersama, para orang tua tidak boleh egois dengan memaksakan kehendak anak harus ada di dekat mereka. Ibu pasrah, dimanapun kamu nanti, yang penting kamu harus ingat dengan kewajiban sebagai anak. (I cried on this part, hehe)
  • Ketika kita memilih seseorang, pastikan untuk mengenal kehidupan keluarganya, karena menikah bukan hanya antara suami dan istri, menikah juga menyatukan dua keluarga besar. Menerima perbedaan, walaupun akan butuh waktu lama tapi harus bisa saling membiasakan diri.
  • Pilihlah orang yang kamu yakin bisa membimbing kamu, menasehati kamu, memberi kamu kenyamanan dan ketenangan, jika kamu merasa terintimidasi dan tidak nyaman dengan keberadaanya, jangan pernah mencoba untuk memaksakan diri dengan alasan kepepet umur. 
  • Dengan memberikan contoh ibu juga menjelaskan pentingnya keseimbangan antara latar belakang pendidikan, bukan karena gengsi atau kepentingan materi, tapi ketika ada salah satu yang merasa lebih rendah, atau salah satu merasa lebih tinggi maka tidak akan ada keharmonisan dalam hubungan itu. Tapi ini tidak prinsip, artinya kalau bisa ya bagus, kalau tidak ya tidak apa - apa, ini subjektif, tergantung bagaimana individu menyikapi perbedaan diantara mereka.
  • Terakhir, jangan mengkambing hitamkan keluarga, artinya, jangan kamu mau dengan seseorang hanya karena di perkenalkan, di dukung atau bahasa kasarnya mah di jodoh - jodohin orang tua atau keluarga, karena ini bukan jaman Siti Nurbaya, kamu bebas memilih yang sesuai dengan keinginan dan kecocokan kamu, kalaupun orang tua atau saudara mengenalkan itu hanya memfasilitasi, selanjutnya terserah anda. Kalau suka sangat bagus sekali, kalau tidak jadikanlah saudara baru. Karena keterpaksaan itu tidak baik untuk masa depanmu nanti. Karena sempitnya komunitas dan ketakutan anaknya lari ke keimanan lain, terkadang orang tua gemes untuk tidak ikut campur, tapi yakinlah, orang tua selalu memberikan yang terbaik untuk anak.

2. Menentukan waktu pernikahan
  • Menikah itu tidak mudah, yang pertama kali harus dipikirkan saat memutuskan untuk menikah adalah apakah setelah menikah kalian yakin bisa membeli beras untuk kalian makan sehari - hari? Tidak perlu memikirkan rumah, kendaraan, makan enak, jalan - jalan. Menikah tidak harus ketika kalian sudah punya banyak harta atau menikah dengan orang yang hartanya banyak, harta itu bisa dicari, justru kalau kalian sama - sama susah dari awal, sama - sama menjalani hidup dari susah sampai nanti kalian bisa sama - sama sukses, itu artinya kalian berhasil berumah tangga.
  • Menikah juga tidak harus mengenal seseorang dalam waktu lama, dengn memberi contoh ibu menjelaskan kalau pasangan yang sudah lama bersama bisa berpisah, bahkan ketika 1 hari sebelum menikahpun masih bisa tidak jadi. Ada yang membutuhkan waktu lama untuk memutuskan, ada yang dalam waktu singkat sudah bisa memutuskan. Satu hal yang harus diingat, ikuti kata hati, dengarkan pendapat dari orang tua, keluarga, sahabat, dan jangan terburu - buru mengambil keputusan.
  • Terakhir, menikah itu butuh persiapan, jadi kalo nentuin hari itu dari jauh - jauh hari, jahit kebaya aja butuh waktu 2 bulan, belom cari gedung dan sebagainya, duh... pasti bakalan ribet ya............. *mulai disini omongan mulai ngalur ngidul dan ngga penting tentang persiapan nikahan dan diakhiri dengan kesimpulan kalo biaya untuk sewa fotografer jaman sekarang amit - amit harganya*

Nah, begitulah kira - kira kalau disingkat. Sebenernya papa sudah sering bahas ini, cuma dengan cara penyampaian yang berbeda, papa kebanyakan bercandanya, jadi jarang gw anggap serius.
Yah, intinya kekhawatiran orang tua terhadap anak akan benar - benar muncul ketika di usia si anak seharusnya sudah berpikir ke arah sana tapi si anak malah asik dan sibuk dengan hidupnya sendiri. Mungkin ini saatnya gw mulai berpikir lebih keras dan lebih fokus ke arah sini, apalagi sih yang dikhawatirin orang tua setelah anaknya lulus sekolah dan kerja? Ya masalah cucu, hehehe.

Buat kalian yang sedang mengalami tuntutan yang sama, siapa tau nasihat ibu ini bisa sedikit membantu memberi sedikit pencerahan, mari diresapi dan dipraktekkan :)

No comments:

Post a Comment