Sunday 11 March 2012

Jangan Kirimi Aku Bunga

Aku mendapat bunga hari ini
meski hari ini bukan hari istimewa dan bukan hari ulang tahunku
Semalam untuk pertama kalinya kami bertengkar
dan ia melontarkan kata - kata yang menyakitkan.
Aku tau ia menyesali perbuatannya
karena hari ini ia mengirimi aku bunga.

Aku mendapat bunga hari ini
Ini bukan hari ulang tahun perkawinan kami atau hari istimewa kami.
Semalam ia menghempaskan aku ke dinding dan mulai mencekikku
aku bangun dengan memar dan rasa sakit di sekujur tubuhku
Aku tahu ia menyesali perbuatannya
karena ia mengirimi bunga padaku hari ini.

Aku mendapat bunga hari ini
padahal hari ini bukan hari ibu atau hari istimewa lainnya
semalam ia memukul aku lagi, lebih keras dibanding waktu yang lalu
aku takut padanya, tetapi aku takut meninggalkannya
aku tidak punya uang
lalu bagaimana aku bisa menghidupi anak - anakku?
namun aku tahu ia menyesali perbuatannya semalam
karena hari ini ia kembali mengirimiku bunga.

Ada bunga untukku hari ini
hari ini adalah hari istimewa : ini adalah hari pemakamanku
Ia menganiayaku sampai mati tadi malam
kalau saja aku memiliki cukup keberanian dan kekuatan
untuk meninggalkannya
aku tidak akan mendapat bunga lagi hari ini
(ditulis oleh NN)

Teruntuk semua perempuan dan juga laki - laki yang berada di belahan bumi ini, 
damai di dunia dimulai dari rumah.
__________________________________________________________________________________

Faktanya :
45% wanita pernah mengalami kekerasan berupa : tamparan, tendangan atau pukulan
75% wanita yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga pernah mencoba untuk bunuh diri
77% laki - laki merasa maskulinitasnya akan berkurang apabila wanita tidak menuruti kemauannya
55% wanita menganggap bahwa kekerasan adalah bagian dari pernikahan

Gw dapet puisi ini dari dosen Kespro. Kebetulan minggu ini topik seminarnya Kekerasan Terhadap Perempuan dan Pelecehan Seksual. Kalau topik ini hanya dibahas di forum yang isinya perempuan semua. kaya dulu gw di D3 atau D4, kami akan punya pemahaman yang sama, pandangan yang sama dan visi misi yang sama tentang bagaimana cara mengatasi kekerasan dan pelecehan, tapi ketika di forum ada laki - laki dan ada perempuannya seperti di kelas pasca gw sekarang, pembahasan tentang topik ini jadi panjang, memanas dan rasanya ngga bakalan ketemu titik temunya. Waktu 60 menit, molor sampe 2 jam dan ngga semua masalah terbahas.

Di kelas gw sekarang perempuan 60% laki - laki 40%. Nah, ketika membicarakan topik KDRT dan Pelecehan, kami para perempuan akan berpandangan bahwa sesuai lagu sabda alam : "wanita di jajah pria sejak dulu", perempuan selalu jadi korban. Tapi para laki - laki punya sanggahan, kata lagu sabda alam juga "laki - laki takhluk pada sudut kerling wanita", jadi sebenernya kalau wanita itu ngga bikin ulah, laki - laki juga ngga akan terpancing untuk melakukan perbuatan kasar. 

Sekarang gw paham, kenapa kebijakan tentang KDRT dan pelecehan tidak pernah berhasil, angka kejadiannya masih juga tinggi, orang - orang yang punya wawasan pendidikan yang TOP BGT aja masih punya pandangan yang salah, bagaimana dengan orang - orang di luar sana, para lelaki atau perempuan yang tidak pernah terpapar materi Kesehatan Reproduksi, yang dipahami dari Sehat Reproduksi paling cuma kehidupan seksual terpenuhi dengan baik dan bisa berkembang biak, padahal jauh - jauh - jauh lebih kompleks dari itu.

Waktu gw D4, dosen Kespro gw laki - laki, beliau sudah sepuh tapi bijak dalam memberikan materi ini, Prof.H selalu memngingatkan bahwa perempuan itu tidak boleh lalai. Laki - laki akan lari kalau istrinya di rumah pakai daster tiap hari, tapi kalau pergi kondangan bedandannya 3 jam. Harusnya, perempuan itu berdandan untuk suaminya, di rumah, bukan di tempat kondangan. Kalau ini gw setuju.
Tapi kalau seperti yg salah satu teman bilang : pelecehan atau perkosaan itu banyak terjadi karena perempuan memakai baju seksi. Laki - laki kalau dipancing begitu ya gimana ngga khilaf"
ini gw ngga setuju, dan dosen gw pun sama tidak setujunya. Bagaimana bisa, perempuan yang sudah menjadi korban perkosaan atau pelecehan, sudah mendapat sakit fisik dan psikologis harus lebih dibuat sakit lagi karena dituduh sebagai sumber masalah. Istilah dosen gw VIKTIMISASI. Jahat, sadis, kejam.

Mendewakan gender juga ngga baik, yang benar adalah keseimbangan. Seperti sebuah quotes yang pernah dikasi dosen Kespro lain di D3 :

Woman was made from the rib of man, 
She was not created from his head to top him, 
Nor from his feet to be stepped upon, 
She was made from his side to be close to him,
From beneath his arm to be protected by him,
Near his heart to be loved by him.


Kunci penyelesaian semua masalah kekerasan adalah : wanita harus pintar, pintar memilah mana pernuatan yang wajar dan mana yang kurang ajar.
Kekerasan baik fisik maupun psikologis tidak diperkenankan dalam sebuah pernikahan, ketika hal ini terjadi jangan diam, cari perlindungan, nyawa jangan disia - siakan.
Walaupun... pada prakteknya, menerapkan ini di Indonesia sulit karena faktor sosial budaya yang cenderung menomorduakan wanita.

No comments:

Post a Comment